Hidup ini bagai perlombaan. Sang juara tentu ditentukan pada akhir perolambaan, bukan pada saat start atau di tengah pertandingan. Pada lomba balap, pemengannya adalah peserta yang paling cepat mencapai finis. Pada lomba sepak bola, pemenangnya adalah kesebelasan yang berhasil mencetak gol terbanyak pada akhir pertandingan. Pada lomba catur, pemengannya adalah orang yang dapat melakukan “skak mat” hingga permainan itu pun berakhir.

Begitupun nilai diri seseorang, nilai dirinya akan ditentukan dari kondisi akhir kehidupannya. Dulu Amir seorang penjahat; suka mencuri dan merampok. Namun karena sekarang sudah bertaubat dan taat beribadah, maka kita tak bisa menghukuminya sebagai penjahat. Sebaliknya Alex dulu seorang yang rajin beribadah. Namun setelah menjadi pejabat, ia suka korupsi. Maka Alex tak lagi layak disebut sebagai seorang ahli ibadah, melainkan seorang penjahat.

Begitulah, kualitas hidup kita akan dinilai pada akhirnya. Karena itu Islam mengajak setiap orang agar dapat menggapai husnul khatimah (akhir hidup yang baik). Akhir kehidupan seseorang di dunia ini sangat menentukan kehidupannya di akhirat nanti. Orang yang mengakhiri hidupnya dengan kekafiran pasti mendapat adzab di neraka. Sedang orang yang mengakhiri hidupnya dengan keimanan, insya’Allah mendapat berbagai kenikmatan luar biasa di surga.

Karena itu kehidupan seorang muslim tidak boleh tidak harus selalu berubah lebih baik. Hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Itulah arti sukses yang sebenarnya; BERUBAH JADI LEBIH BAIK.

Bukankah Rasulullah telah mengajarkan kita do’a-do’a agar mendapatkan barakah. Ketika menikah ada do’a barakah yang dapat dibaca kedua pengantin atau pun orang-orang yang menghadiri pernikahan itu. Bahkan sejak taman kanak-kanak kita juga telah diajarkan do’a barakah itu. Bukankan dalam do’a sebelum makan kita juga meminta barakah?

Mengapa meski barakah yang diminta? Karena barakah adalah BERTAMBAHNYA KEBAIKAN. Maka dalam hal apapun, barakah itu selalu kita nantikan. Kita berharap barakah dari rezki yang kita peroleh, kita berharap barakah dari makanan yang kita makan, kita berharap barakah dari lahirnya putra-putri tercinta, kita berharap barakah dari lingkungan yang kita tempati, bahkan kita selalu berharap barakah dari hal-hal sekecil apapun dalam hidup ini.

Oke, untuk barakah itu, untuk husnul khatimah itu, ayo bercita-cita! Ayo buat impian!

Impian. Engkau pasti punya impian. Bagus kalau begitu. Orang-orang hebat selalu punya impian. Bukan mimpi bertemu seorang gadis atau mimpi dapat uang 2 juta pada tidur siang bolong. Bukan, bukan itu maksudnya. Akan tetapi impian yang hendak diwujudkan di masa yang akan datang. Seperti impian Tukul menjadi bintang terkenal, impian Thomas Alfa Edison yang ingin menerangi dunia di malam hari, atau impian seorang Muhammad al-Fatih untuk menaklukkan Konstantinopel.

Ya, engkau pasti punya impian. Bagus kalau begitu. Kalau ingin sukses kau harus punya impian. Bukan mimpi-mimpi yang hanya mimpi. Bukan seperti mimpi TK-mu ingin jadi Presiden atau ingin jadi dokter yang kini  tinggal impian masa kecil. Akan tetapi impian yang menjadi tekad kuat dalam dirimu untuk diwujudkan. Impian yang menjadi cita-cita besar untuk diraih.

Ayo buat impian! Ayo bercita-cita!!